Sore
itu masih seperti biasa. Langit mengakhiri siangnya dengan senja diufuk barat. Pelangi
melintang mayambut rintik hujan yang mulai mereda. Bunga melati kembali memendar
semerbak wanginya yang di guyur hujan tadi. Irama bunyi sendok dan mangkok,
mengundang liur menghangatkan suhu di ujung dinginnya hujan sore. Sisa
becek-becekan itu menyiprat dilintasi roda sepeda yang dikayuh penuh semangat.
Ini
bukan kisah Cinderella atau Putri Salju yang bertemu Pangeran dalam dongeng.
Bukan juga kisah cinta Romeo dan Juliet ataupun Jaka Tarub dan Nawang Wulan.
Ini hanya cerita aku. Ya, Aku! Aku yang bukan siapa-siapa, tapi aku
berusaha untuk menjadi Apa. Setidaknya menjadi apa yang ibu harapakan. Harapan
dalam doa yang selalu ibu panjatkan disetiap sujudnya. Sempat Ibu berpesan.
Pesan itu sederhana, sesederhana kasih ibu untukku dalam setiap sentuhan
jari jemarinya.
“Nak,
Ibu itu bukan siapa-siapa. Sekolahpun tak tinggi, hanya tahu baca tulis. Walau
begitu, ibu bunga dengan ibu yang lain sama. Sama-sama ingin melihat bunganya
lebih dari sekedar ibunya saat ini. Sesulit apapun itu, seberat apapun itu, ibu
akan mengusahakannya.”
Pikiranku seolah buyar. Detik itu
juga hati menjerit memecah bendungan. Kelopak berusaha menahan derasnya air
mata tak mampu menghadang. Rasanya urat nadi membengak dihantam seribu pukulan.
Tetapi sebuah senyuman dari hati terdalam behasil membalikan keadaan.
Malam
itu bulan tak terlihat, jangankan cahanyanya, siluetnya pun tak muncul. Indah
tak selalu sempurna. aku hanya gadis biasa.
Mungkinkah aku yang bukan siapa-siapa biasa menggantikan bulan ? yang semua orang
tahu sinarnya menerangi gelapnya malam.
bersambung...
- 11:15 PM
- 0 Comments