Mendaki Gunung tak Semudah Mengucapkan Kata “Naik Gunung yuk”

5:18 PM

Indonesia terbentang dari sabang sampai merauke dengan kekayaan yang melimpah. Laut yang luas, pegunungan yang indah, juga kaya akan flora dan fauna. Belakangan ini wisata populer bukan lagi nongkrong di mall atau ngopi santai di cafe-cafe ternama. Belakangan ini wisata alam mulai dilirik menjadi trend berwisata kekinian.

Semenjak film 5 CM dirilis pada akhir tahun 2012 lalu, seketika bermunculan para ‘pendaki dadakan’ berlomba-lomba mengabadikan diri dengan latar belakang gunung dan samudera awan. Kala itu film ini berhasil menarik banyak penonton, dengan kisah yang mengharukan tentang persahabatan. Film yang juga menginspirasi para penontonnya untuk melakukan hal yang sama, yaitu mendaki ke puncak gunung.

Selain menginspirasi, film 5 CM secara tidak sengaja melahirkan para ‘pendaki instan’. Seakan mendaki gunung itu cukup dengan modal nekat dan peralatan seadanya. Semua berlomba-lomba mencapai puncak tertinggi bergelar MDPL. Stop guys, berhentilah berfikir naik gunung itu hal yang sudah biasa dan tanpa harus persiapan yang rumit.

Foto bersama sebelum mulai pendakian Gn. Salak bersama Abah Jaja (Kuncen)
Pengalaman saya naik gunung bersama teman-teman dari komunitas pecinta lingkungan hidup, mengajarkan saya banyak hal soal mendaki gunung. Ketika kalian mau mendaki, semua persiapan harus benar-benar dipersiapkan secara matang. Mulai dari peralatan pendakian, pakaian, makanan, hingga prediksi kemungkinan yang akan terjadi saat pendakian harus dipersiapkan.

Waktu itu, gunung yang kita pilih adalah gunung salak. Banyak isu yang beredar di masyarakat mengenai gunung salak, mulai dari hal mistis hingga jalur pendakian yang begitu menantang. Sebagai pendaki pemula, saya berusaha mengikuti pendakian yang safety procedure. Jika dalam film, mendaki gunung itu semudah memanjat pohon, bagi saya kemudahan itu tidak seperti kenyataan yang harus hadapi.

Butuh persiapan yang sangat panjang dan matang. Mulai dari latihan fisik, estimasi waktu perjalanan, pengetahuan geografis tentang gunung yang didaki, cara memasang tenda, hingga memilih makanan dengan perhitungan berapa kalori yang kita butuhkan untuk pergerakan. Mungkin terdengar sedikit berlebihan, tapi pada kenyataannya kita butuh semua persiapan itu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi saat pendakian, niat untuk mengabadikan moment dengan berfoto, tapi bisa saja jasad kita justru yang akan abadi dipelukan sang gunung.

http://srielyazid.blogspot.co.id/

Dengan penuh perjuangan, saat itu saya dan kawan yang lain berhasil mencapai puncak gunung salak dalam keadaan hari mulai gelap. Tahu kah kalian ? sesampainya kami di puncak, salah seorang kawan mengalami hipotermia. Beruntung pengetahuan tentang pertolongan pertama sudah menjadi bekal wajib. Malam semakin menunjukan kegelapannya, kami pun diberikan persembahan langit yang indah bagai planetarium raksasa di alam terbuka.

Mendaki gunung bukan soal mencapai puncak, melainkan kembali dengan selamat. Semakin kita dekat dengan alam, semakin kita merasakan kebesaran Tuhan. Bagi pendaki yang sayang dan cinta dengan keindahan yang diberikan alam, maka dia tidak akan membiarkan keindahan itu pudar. Banyak kasus ketika gunung ramai dikunjungi, sampah-sampah pun bayak ditinggalkan.

Saya dan kawan-kawan yang lain pun tak lupa berterimakasih kepada alam yang telah berbaik hati memperlihatkan keindahannya dengan membawa turun sampah yang kami hasilkan selama pendakian. Seperti pepatah anonim mengatakan "Jangan mengambil apapun selain gambar, jangan meninggalkan apapun selain jejak, jangan membunuh apapun selain waktu."

Tidak sedikit gunung yang sudah tercemar akibat sampah yang ditinggalkan para pendaki. Begitu juga kasus kecelakaan saat pendakian, mulai dari pendaki yang hilang, terjatuh ke dalam jurang hingga meninggalkan karena hipotermia. Itulah betapa pentingnya pengetahuan mengenai safety procedure pendakian. Alam tidak akan bernegosiasi dengan kita, tapi kita yang harus menyesuaikan dengan alam. Oleh karena itu saat pendakian, hanya disiplin ilmu, disiplin waktu, dan disiplin pergerakan yang akan menyelamatkan kita.

"It was our preparation, knowledge and experience that kept us alive"

Rachel Kelsey

http://srielyazid.blogspot.co.id/
Saat melewati kawah ratu



Perempuan dengan shall kuning adalah perempuan tangguh asal Papua

You Might Also Like

1 komentar

  1. thank nice infonya, silahkan kunjungi web kami http://bit.ly/2Cyl3pR

    BalasHapus

0