Judul
: 10 Tokoh Transformatif Indonesia
Penulis
: Gun Gun Heryanto
Iding Rosyidin
Tebal
: xv + 301 halaman
Tahun terbit : 2015
ISBN
: 9786022982807
Penerbit
: Erlangga
Apa yang Mereka Katakan, Itu Pula yang
Dilakukan
Entah apa yang sedang terjadi di negara ini,
semua perbincangan di masyarakat di dominasi melulu soal koruptor, mafia hukum,
mafia pajak, kekerasan dll. Pembicaraan cenderung negatif itu seolah-olah
memperlihatkan kondisi Negara yang kacau dan gagal. Ataukah itu Cuma sebagian
orang-orang iseng karena sorotan media seolah mempresentasikan kondisi
Indonesia yang secara keseluruhan?
Harapan publik luas terhadap demokrasi adalah
terbangunnya kepemimpinan yang melakukan perubahan berarti dari keterpurukan
sosial ekonomi. Akan tetapi demokrasi Indonesia ternyata lebih dikuasai oleh
kepemimpinan pencitraan. Saat ini banyak tokoh yang diperdebatkan diharapkan
untuk menjadi presiden, namun persoalannya bukan hanya disitu saja melainkan
sekarang ini banyak pemimpin yang tidak ahli dalam memimpin rakyat.
Saat mesin kaderisasi politik dan sistem
pemerintahan seolah mandek dalam membidani dan melahirkan pemimpin dan
kepemimpinan yang diharapkan rakyat, dan di saat harapan untuk itu seolah
berujung tak bertepi, muncul sosok yang bukan hanya pandai beretorika tapi juga
memberi insipirasi dengan kerja nyata.
Mereka bekerja melayani, mempelajari masalah,
dan menawarkan solusi bagi pesoalan bangsa. Lebih-lebih lagi mereka
menggerakkan orang untuk berpartisipasi bukan lewat intruksi melainkan dengan
contoh dan keteladanan. Mereka adalah para pemimpin transformatif yang sejak
dua windu silam, ketika reformasi digulirkan, selalu diidam-idamkan
kehadirannya untuk memegang tampuk kepemimpinan bangsa ini. Apa yang mereka
katakan, itu pula yang dilakukan.
Gun Gun Heryanto dan Iding Rosyidin mengulas 10
tokoh transformatif Indonesia yang lahir pasca-reformasi. Sosok 10 tokoh yang
ditulis adalah role model kepemimpinan transformatif yang telah mengubah
Indonesia melalui kiprahnya masing-masing. Buku ini mengajak kita untuk melihat
kesepuluh tokoh ini dari perspektif “kerja nyata”. Apa yang mereka katakan, itu
pula yang dilakukan. Mereka pemimpin yang bekerja, melayani, dan memberi
teladan kepada orang-orang disekitarnya. Komunikasi yang dibangun bukan
instruksi gaya “birokrat lama” melainkan memberikan teladan untuk menggerakkan
orang.
Misalnya, Chairil Tanjung yang sukses sebagai
seorang pembisnis, mulai dari dokter gigi, pengusaha hingga Menteri
Perekonomian. Ia mengenalkan dirinya sebagai si Anak Singkong, tapi singkong
yang satu ini siap menjadi apa saja yang berdaya guna sehingga menjadi
komoditas yang mahal. Tri Mumpuni, menerangi sebanyak mungkin desa dengan
pembangkit listrik mini tenaga air adalah salah satu mimpinya. Akrab di panggil
dengan sebutan puni, tokoh yang mengembangkan kemandirian masyarakat di tempat
terpencil melalui pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) yang telah
diakui baik dalam maupun luar negeri.
Hal paling utama lahirnya pemimpin
transformatif; pertama, mereka itu adalah sosok yang memiliki kemampuan
refleksi memadai. Artinya pemimpin harus memiliki dua kesadaran sekaligus
dalam proses refleksivitas, yakni kesadaran diskursif (discursive consciousness)
dan kesadaran praktis (practical consciousness ).
Kedua, memiliki basis asketisme dalam laku
kepemimpinannya. Artinya, pemimpin harus mampu mempraktikkan kesederhanaan,
kejujuran dan kerelaan berkorban. Tidak sekadar moralitas, tetapi berujung
pada tindakan sosial.
Ketiga, harus memiliki performa kerja dan komunikasi
memadai. Performa kerja dilihat dari reputasi dan agenda kerja, keduanya tak
bisa dipisahkan. Misalnya, reputasi terkait dengan cara pandang masyarakat
atas sosok pemimpin dengan segala macam atributnya. Sementara agenda kerja
terkait dengan program nyata saat ini dan ke depan.
Gun Gun tercatat sebagai dosen tetap mata
kuliah Komunikasi Politik di Universitas Islam Negeri Jakarta. Dalam asosiasi,
Gun Gun tergabung dalam lembaga The Political Literacy Institute, sebuah
lembaga yang memfokuskan diri pada kajian Komunikasi Politik. Ia juga aktif
dalam Institute of Social Transformation for Democracy. Kemudian Iding
Rosyidin adalah Dosen ilmu politik di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selain mengajar yang merupakan aktivitas utama, kang
Iding (panggilan akrab) juga aktif di lembaga The Political Literacy
Institute bersama Gun Gun Heryanto. Keduanya adalah orang yang giat menulis
berbagai isu politik dan komunikasi baik dalam bentuk artikel Koran maupun
tulisan di jurnal dan buku.
Panggung politik Indonesia terutama yang di
bingkai oleh media massa hanya kerap menyajikan hiperealitas politik yang
berlebihan. Sosok pemimpin yang transformatif yang diharapkan kemudian bisa
menjadi tonggak kemapanan bangsa Indonesia. Akhirnya, buku ini perlu dan
penting untuk dibaca oleh semua kalangan sebagai pemantik inspirasi untuk
melihat tokoh yang berkontribusi nyata demi lndonesia bermartabat.
“Jika anda orator ulung yang baik, itu akan
membantu. Jika Anda punya empati, itu akan sangat membantu. Namun jika Anda
tidak sanggup memberikan contoh, Anda tidak bisa menjadi pemimpin yang baik.
Leadership harus berorientasi pada pelayanan publik dan ikhtiar serius
mempebaiki kualitas masyarakat”, Ignasius Jonan (Menteri Perhubungan)
- 9:50 PM
- 1 Comments