Menua Bersama Rumah Tua

10:56 AM

Rapuh, lusuh, kuno, begitu merekat terlihat di sebuah rumah tua Jl. Selasih, kampung inggris, Pare. Pemilik rumah dengan nama lengkap Rahmat Al-Jali, membeli rumah tua itu 45 tahun yang lalu. Rumah klasik yang dibangun sejak 1930 silam, dibeli dengan harga enam belas ribu rupiah waktu itu.

Kini Rahmat dan anak-anaknya sudah tidak menempati rumah yang menginjak usia 85 tahun. Tiang-tiang rumah yang keropos tak dapat lagi berdiri tegak tanpa tiang penyangga. Genting-genting yang bolong, dinding bilik yang rapuh, pengap dan sempit, siapa yang betah menempati.

“Saya mau renovasi tapi ngga punya uang,” kata Rahmat.
 
Tampak depan rumah Rahmat Al-Jali
Tempat yang dulu menjadi saksi bisu kisah hidup keluarga Rahmat, harus direlakan menua termakan zaman. Tanpa bisa melakukan apa-apa untuk mempertahankan tetap kokoh. Keluar dari rumah tua, Rahmat bersama keluarga pindah ke ‘gubug’ yang dibangun di sebelah rumah tuanya.

Hidup dalam kesederhanaan tak menyurutkan semangatnya untuk terus berjuang ditengah-tengah hedonnya dunia modern. Mulai dari supir, mengayuh pedal becak hingga tukang bersih-bersih dilakoni. Hambatan ekonomi bukan menjadi masalah besar untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana.

“Saya punya prinsip, walaupun orang tua bodoh, tapi anak harus pandai,” tegas bapak tiga anak itu.

Setahun silam ditinggal istri menghadap sang Ilahi, lelaki dengan usia lebih dari setengah abad ini tak pernah lelah untuk selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

You Might Also Like

0 komentar

0