Mengakhiri musim panas dan menyambut musim hujan, bulan September dan Oktober menjadi hari baik bagi para pasangan muda mudi untuk menghalal kan hubungan mereka. Disisi lain, bulan September dan Oktober menjadi bulan dengan pengeluaran yang sangat besar. Benar saja, dalam sebulan setiap minggu selalu ada undangan walimahan. Tak tanggung-tanggung dalam seminggu bisa dua hingga tiga undangan.

Apalagi bagi generasi tahun 90an khususnya tahun 94 dan 95, tahun 2017 dipilih menjadi daftar tahun yang bersejarah bagi mereka yang mengikat janji sehidup semati. Memiliki keluarga yang harmonis dan kehidupan yang bahagia tentu menjadi keinginan dan harapan setiap insan. Oleh karena itu, menentukan pasangan hidup tak semudah cap cip cup kembang kuncup, pilih mana yang mau di cup.

Menikah bukan soal ‘yuk nikah’ saja. Tapi soal dua insan yang akan menjalin rumah tangga, dan dua keluarga yang bersatu. Sama-sama suka dan nyaman walau baru kenal atau ingin menghindari zina bukan berarti dijadikan alasan untuk ‘tergesa-gesa’ melepas masa lajang. Faktor ekonomi, fisik dan psikologi juga perlu dipikirkan matang-matang. Jangan akhirnya terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan.

Setiap orang tua dengan sepenuh kasih membesarkan anak-anaknya. Tentu ingin melihat senyum sang anak yang paling bahagia saat pernikahannya, terutama anak perempuan. Jika boleh dibilang, membesarkan anak perempuan bukan soal gampang. Merelakan anak perempuannya dipinang orang lain memang hal yang mengharukan bagi sang ayah. Berharap laki-laki itu mampu menyayangi dan melindungi sang putri tercinta.

Menikah sesunguhnya hal yang mudah dan sederhana. Trend dan gengsi bahkan budaya yang membuatnya seakan menjadi hal yang sangat mahal dan megah. Tak ada yang salah dengan pernikahan yang mewah nan megah. Tak ada masalah juga dengan jumlah mahar yang mahal. Semua tergantung keputusan dan kesepakatan calon mempelai wanita dan laki-lakinya. Namun perlu kaum laki-laki pahami, sesungguhnya setiap anak perempuan memiliki pernikahan impiannya masing-masing.

Memang perempuan yang baik itu adalah perempuan yang maharnya paling sedikit. Walimahan atau resepsi pun tujuan sederhananya untuk pemberitahuan bahwa si A dan si B telah resmi menikah. Tapi ini bukan soal sedikit atau banyaknya mahar. Bukan soal pernikahan harus serumit dan semahal itu. Bukan juga soal perempuan adalah makhluk yang matre.

Mahar yang tinggi dan layak adalah salah satu bukti konkrit perjuangan dan usaha seorang lelaki yang sungguh-sungguh ingin mempersunting seorang perempuan untuk menemani sisa hidupnya, menjadi ibu dari anak-anaknya, menjadi tempatnya bersandar kala suka maupun duka. Pernikahan impian setiap perempuan pasti berbeda. Ada yang menginginkan pesta yang sederhana, ada pula yang mengimpikan pernikahan bak putri di negeri dongeng.

Apapun itu tak ada masalah, selama tak ada larangannya dan selama keduanya mampu atau mau berjuang demi terwujudnya impian itu. Berjuang itu memang berat, disitulah ujiannya. Tak sedikit pasangan yang menikah dengan cepat, mereka juga berpisah dengan begitu cepat dan mudahnya (meski tak semua). Bukan hanya modal cinta, menikah juga butuh materi untuk melanjutkan bahtera rumah tangga. Menikah muda ali-alih menghindari zina atau gengsi melihat teman yang lain sudah menikah, hey... menikah tak sebecanda itu !