WANITA = wani bercita-cita, wani berkarya, wani bertindak nyata !

5:36 PM

Berbagai gerakan perempuan dengan beragam latar belakang baik di Indonesia maupun internasional masih ramai disuarakan. Harus diakui, di Indonesia sendiri problem penindasan dan pelecehan yang dialami kaum perempuan selama ini belum terjawab dan terselesaikan seutuhnya. Menurut catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2017, sepanjang tahun 2016 terdapat 259.150 jumlah kekerasan terhadap perempuan. Di beberapa tempat di penjuru dunia pun perempuan masih dipandang rendah dan sebelah mata.

Cara padang terhadap perempuan yang terkonstruk oleh adat, budaya yang kaku dan masa penjajahan kala itu sangat merugikan perempuan. Mulai dari tindak tanduk, pekerjaan, dan kedudukan perempuan diatur sedemikian sempitnya. Tidak sedikit perempuan yang mencoba ‘menentang aturan’ tertatih-tatih memperjuangkan hak-haknya, bahkan sendirian.
http://srielyazid.blogspot.co.id/

Beruntung Indonesia negara terbuka dengan segala perubahan yang terjadi. Meski belum terjawab semua permasalah mengenai perempuan, tapi setidaknya di era instagram ini perempuan sudah bisa merdeka atas dirinya sendiri. Modernitas yang terus tumbuh dan berkembang menjadi salah satu pendorong perempuan hari ini memiliki kemajuan baik secara pendidikan, ekonomi, dan hak asasi.

Soal pendidikan, politik, dan ekonomi mungkin sudah tak diragukan lagi. Tidak sedikit perempuan-perempuan yang sudah sukses baik di sektor pendidikan, politik, maupun ekonomi. Tapi harus diakui juga bahwa itu belum merata sepenuhnya. Perempuan kota mungkin sudah merdeka atas dirinya, tapi di desa-desa masih ada bahkan banyak perempuan yang belum bisa independen dan mandiri atas kehidupannya.

Tulisan ini tidak akan membahas soal cadar yang sedang hangat diperbincangkan, Karena tak ada masalah sebenarnya dengan cadar. Hanya saja bagi mereka yang becadar jangan sampai membuat orang disekitarmu tidak nyaman. Jangan karena hijaramu dengan menggunakan cadar lantas merasa paling benar sendiri dan orang disekelilingmu seakan tidak pernah belajar soal agama dan beragama.

Melanjutkan, tulisan ini lebih kepada bagaimana lingkungan dimana perempuan itu berada memberikan kebebasan seutuhnya. Selama ini perempuan hanya dijadikan objek pasif dibawah sistem patriarki yang sudah turun temurun. Pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya sangat mempengaruhi. Aturan yang berlaku adalah anak perempuan membantu ibu mengerjakan seluruh pekerjan domestik. Sedangkan anak laki-laki seperti mendapat pengecualiaan karena dia adalah laki-laki.

http://srielyazid.blogspot.co.id/
Apa yang salah dengan laki-laki yang mencuci baju, memasak dan membereskan rumah ? lantas membuat derajat dia sebagai laki-laki menjadi turun ? kan tidak sama sekali. Tidak sedikit teman sekolah dan teman kuliah perempuan bercerita, ketika pagi hari sebelum mereka pergi atau bermanja-manja dengan dirinya, rumah harus rapi dan bersih. Entah itu cuci piring, cuci baju, nyapu, ngepel, atau masak harus sudah selesai pagi hari dan mereka mengatakan bahwa itu harus dilakukan oleh anak perempuan mau tidak mau meski ada anak laki-laki dikeluarga itu.

Belum lagi ketika beranjak dewasa, di kampung masih ada anak gadis usia 20an yang belum menikah menjadi bahan gosip dengan tetangga. Hingga akhirnya orang tua sesegera mungkin menjodohkan atau menikahkan anak perempuannya yang mungkin dia belum siap untuk berumah tangga. Seorang anak memang harus manut kepada orang tuanya, tapi tidak dalam segala hal. Terkadang anak lebih tahu jalan mana yang harus dipilih. Judgement yang didapat dari lingkungan sekitar ini yang membuat tindak tanduk perempuan merasa tidak bebas atas dirinya. 

http://srielyazid.blogspot.co.id/
Belum lagi soal pelecehan dan kekerasan seksual. Perempuan yang kadang tersalahkan padahal dia hanya korban. Beberapa waktu lalu, di Belgia digelar pameran yang memajang pakaian-pakaian korban kekerasan seksual. Mulai dari piyama, pakaian lari, gaun, bahkan ada seragam polisi serta pakaian-pakaian yang tampak biasa. Pameran itu ingin menegaskan kepada para pengunjung dan membuka mata mereka bahwa tidak selamanya perkosaan terjadi karena pakaian yang dikenakan korbannya.

Ingin berekspresi lewat cara berpakaian saja perempuan masih belum mendapatkan kebebasan yang terjamin kecuali mereka yang memang sengaja mengumbar sensualitasnya, itu hal lain lagi. Dengan segala aturan dan norma yang ada, perempuan memiliki banyak tuntutan. Dia harus pintar tapi juga harus bisa memasak dan beres-beres rumah. Anak perempuan yang tidak bisa memasak atau cuci piring pun dianggap hal yang memalukan. Kebiasaan untuk malu bersuara juga menjadi salah satu kendala.

Perempuan dengan pendidikan rendah sering kali akan dianggap rendah pula. Tapi ketika perempuan memiliki pendidikan tinggi juga ada saja laki-laki yang kurang setuju, dengan dalih perempuan ujung-ujungnya mengursi rumah jadi tak perlu pendidikan terlalu tinggi. Alasan itu hanya datang dari laki-laki yang takut tersaingi. Perempuan yang bijak tidak akan melupakan kodratnya sebagai perempuan.

Mungkin bisa dikatakan ketika peringatan hari perempuan international, semua gerakan perempuan selalu menyuarakan dan menuntut hak-haknya entah sebagai perempuan atau pekerja. Perlu diketahui oleh kaum adam, bahwa perempuan-perempuan yang bersuara itu bukan hanya menuntut dan lupa atas kewajibannya. Kodrat perempuan yang tidak bisa dipindahtangankan kepada laki-laki adalah mengandung, melahirkan dan menyusui.

Ini bukan soal kesetaraan gender tapi keadilan sosial yang lebih luas. Bentuk diskriminasi atas dasar jenis kelamin, suku, atau agama yang membelenggu kehidupan berbangsa dan bernegara harus dihapuskan. Jika sudah begini, ini bukan lagi soal perempuan tetapi juga menyangkut semua anak bangsa. Ketika maju perempuannya yang diuntungkan bukan hanya perempuan tapi juga laki-laki dan masyarakat.
http://srielyazid.blogspot.co.id/
WANITA = Wani ditata, wani bercita-cita, wani berkarya, wani bertindak nyata.

You Might Also Like

0 komentar

0