Cinta Menemukanmu dalam Puisi
2:54 PM
Cinta pertama
Ada sebuah pepatah mengatakan, saat kamu
memegang tangan orang yang kamu cintai, jika darahmu mengalir cepat karena
jatungmu berdebar kencang itu artinya dia bukan orang yang benar-benar kamu
cintai. Akan tetapi, jika kamu memegang tangannya dan damai yang kamu rasa,
ketenangan yang kamu dapat, maka itulah sesungguhnya cinta sejatimu.
Sejak pertama Aku mengenal lelaki yang kusukai, setiap tatapan pertemuannya selalu membuat jantungku berdebar. Bak
bunga yang masih kuncup, baunya belum semerbak. Cintaku saat itu masih belia. Jika bunga yang kuncup rajin disirami dan
dipupuk, dengan perlahan kelopaknya membuka satu persatu saling bergantian
beriringan hingga mekar sempurna.
Begitupun perasaanku pada lelaki yang aku sendiripun tak tahu apakah benar itu pangeran yang diidam-idamkan.
Tak tahu menahu, rasa itu beranjak tumbuh bak bunga yang mekar sempurna,
wanginya semerbak. Jadilah sebuah kisah kasih dua makhluk memadu cerita cinta.
Rasanya ingin terjun ke dalam samudera, terbang bebas.
Berteriak
sekencang-kencangnya memecah gemuruh ombak.
Senyum yang biasanya menyapa. Saat sendiripun senyum itu selalu tergambar di raut wajahku. Manis, asam, asin sudah tak berasa. kupikir,
rindu yang terjebak ini juga butuh tempat. Setiap malamnya rindu ini aku adu kedalam
catatan-catatan aneh. Perasaan gelisah yang kerap datang saat sekejap tak jumpa
ciptaan terbaik Tuhan.
Jika bunga bermekaran jangan salahkan kumbang hinggapi madu. Jika langit
murung awan mendung jangan salahkan hujan turun. Jika bayangmu teringat dalam
benakku jangan salahkan aku merindukanmu.
Memulainya dengan frasa. Siapa sangka berbalas puisi indah. Dari sebuah
puisi menjadi rangkaian puisi-puisi romantis. Jarak sepenggal waktu itu tak
menghalangi rindu yang tak berpenawar, rindu yang sedang hangat-hangatnya
–kalau kata orang anget-anget tai ayam
Ahh sudahlah...
Rindu itupun menggila. Rindu yang mulai meracau meracuni pikiranku. Serpihan butiran rindu membutakan mata batinku. Matahari mulai
bergulir. Malam merangkak perlahan. Terang bulan yang memendar begitu menenangkan.
bersambung...
0 komentar