Cilangkap Cinta Indonesia

10:30 AM

Tenang dan sunyi. Mungkin kata itu yang pas untuk menggambarkan suasana di kampung Cilangkap. Saat penduduk Indonesia di bagian lainnya sedang menyemarakan hari kemerdekaan Indonesia, tapi tidak dengan masyarakat di kampung Cilangkap. Semua beraktifitas seperti biasa dan tak ada hiburan apapun. Hari kemerdekaan cukup mereka imani dalam hati, tak perlu dengan peringatan.

Tercatat sudah 71 tahun Indonesia merdeka. Untuk ukuran hidup manusia mungkin sudah sangat senja. Berbeda dengan usia sebuah Negara, Amerika misalnya, negara adidaya itu mulai berkembang pesat diusia 100 tahun. Perjalanan Indonesia masih panjang. Masih ada waktu bagi Indonesia untuk belajar dan berkembang menjadi Negara maju.

Memiliki sejarah dengan penjajahan yang cukup lama, bukan hal mudah bagi Indonesia untuk bangkit. Revolusi mental yang digaungkan pemerintah saat ini, menunjukan bahwa Indonesia setelah diakui kemerdekaannya 71 tahun silam belum benar-benar bangkit dari penjajahan. Secara pembangunan mungkin sudah mulai terlihat walau belum merata.

Permasalahan sosial mengenai kesejahteraan hidup masih menjadi permasalahan utama. Kampung Cilangkap di Desa Banyu Asih, Bogor, jaraknya hanya 85 km dengan ibu kota Negara yang pembangunannya luar biasa, tapi Cilangkap belum merasakan kesejahteraan yang berarti. Sekelumit permasalahan seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pertanian masih ada dan sangat jauh dari sentuhan tangan pemerintah. Mungkin Cilangkap bagai anak kandung yang di anak tirikan.

Jalan Kampung Cilangkap


Jalan berbatu nan terjal, diapit jurang dan tebing, membuat Cilangkap menjadi kampung yang terisolir. Belum lagi jaringan telepon yang tak memadai, semakin menambah ketertinggalan. Jika di lihat dari sanitasi yang buruk, sulitnya mendapatkan air bersih, pelayanan kesehatan yang sangat tak memadai, sarana dan prasarana pendidikan yang sangat kurang, menunjukan Cilangkap termasuk daerah yang tertinggal.

Setiap paginya anak-anak harus pergi ke sekolah yang berjarak 1 Km. Tak begitu jauh memang, tapi dengan kondisi jalan tanah dan berbatu, membelah hutan diiringi tepian tanah yang curam serta jalan yang licin jika hujan. Bukan hal mudah pergi sekolah, tak jarang pula yang bolos jika hujan turun. Orang tua mana yang tak khawatir jika anaknya pergi ke sekolah dengan kondisi seperti itu. 
kondisi jalan menuju SDN Cilangkap
Menyoal pendidikan, tak sedikit juga di kampung Cilangkap yang terhambat karena kesehatan. Lima dari sepuluh anak-anak di kampung Cilangkap menderita penyakit kulit. Semua berujung pada sanitasi yang kurang baik. Sulitnya mendapatkan air besih dan kurangnya pengetahuan mengenai kebersihan dan kesehatan menjadi faktor utama.

Jauh dari pusat kesehatan, membuat warga kampung Cilangkap kerap kali hanya menggunakan obat warung atau obat tradisional jika sakit. Jika tak ada obatnya, ya dibiarkan begitu saja dengan harapan penyakit itu sembuh dengan sendirinya. Pergi berobat pun harus dengan uang. Pendidikan yang rendah menyebabkan tingkat ekonomi yang rendah pula. Mayoritas adalah petani.

Kondisi Cilangkap yang masih tertinggal tak menyurutkan mereka untuk tetap cinta pada Indonesia. Pertama kalinya diadakan semarak 17an oleh beberapa mahasiswa yang melakukan pengabdian, warga sangat antusias mengikutinya. Hal baru bagi mereka melakukan upacara bendera, tapi mereka masih mengingat betul bumi pertiwi yang mereka tinggali. Memberikan penghormatan dan menggantungkan harapan pada tanah air tercinta.

“Saya cinta Indonesia, tapi saya tidak tahu Indonesia cinta saya atau tidak

Film dokumenter Anak Jalanan 

Upacara bendera pertama kali di Kampung Cilangkap
antusias anak-anak mengikuti perlombaan semarak 17an
lomba balap karung anak-anak kampung Cilangkap

You Might Also Like

0 komentar

0