Kerajinan Dari Pelosok Dayak Benoa

3:12 PM

Sejumlah penari dan pengrajin tenun dari pelosok Kalimantan timur binaan Bupati Kutai Kartanegara, Rita Widyasari, turut memeriahkan Malam Anugerah Semangat Sumpah Pemuda yang digelar Kantor Berita Politik Rakyat Merdeka OnLine (RMOL.CO), di Museum Nasional, Jakarta Pusat (31/10/2014).

“Saya senang ketika diminta untuk menampilkan budaya khas daerah saya. Selain tarian, yang saya ingin tunjukan adalah kain Doyo. Karena pembuatannya yang sangat lama, kain ini sempat tenggelam dan ditinggalkan. Makanya saya ingin melestarikannya lagi”. Jelas Bupati Kutai Kertanegara.

Kain yang terbuat dari serat daun Doyo ini adalah kain khas Dayak Benoa di pelosok Tengarau. Pembuatan kain tradisonal ini memakan waktu yang sangat lama, karena masih menggunakan alat tenun tradisional. Satu lembar kain Doyo bisa memakan waktu pembuatan hingga satu bulan lamanya.

Mulai dari mengambil daun doyo dari hutan, kemudian mengupasnya dalam air dan di ambil seratnya kemudian di jemur. Setelah itu, di buat menjadi benang dengan cara melintir serat yang sudah kering dan menyambungnya. Jika semua serat sudah tersambung kemudian mengorak yaitu menyusunnya. Selesai itu, barulah menambahkan motif atau corak yang disebut mengikat, kemudian dicelupkan kedalam pewarna alami. Tidak sampai disitu saja, setelah diberi pewarna barulah di buka ikatannya. Jika ingin lebih cantik lagi, bisa memodifikasinya dengan mencampurkan benang ketika ditenun.

“Pemasarannya selain Kalimantan Timur sendiri, kami juga kirim ke Jakarta. Karena sudah ada pembelinya kita kirim setiap bulan. Ada juga ke Bali, Surabaya, Balik papan, Bandung”. Ujar Jamnah pengrajin dari Tengarau.

Selain kain Doyo, ada juga sulam Tumpar khas suku Dayak Benoa. Diatas kain Belaco, serat Doyo di sulam sesuai pola yang sudah di gambar. Jamnah mengatakan bahwa dulu benang yang digunakan adalah benang nenar dari serat daun Doyo, karena sekarang mengalami kemajuan jadi beralih menggunakan benang woll.

Langkah membuat sulam Tumpar yang pertama adalah melukis motif di atas kain belaco. Motif yang digunakan bervariasi, ada motif bunga, kupu-kupu, naga, juga burung enggang. Burung enggang adalah burung khas Kutai Kertanegara. Setelah melukisnya, kemudian menyulamnya sesuai motif. Selain di gunakan sebagai pakaian adat, sulam tumpar juga bisa di buat menjadi tas atau membingkainya dengan frame.
kerajinan Kain Doyo khas kalimantan

You Might Also Like

0 komentar

0